Saya mengenal pertama kali sosok Dino Patti Djalal dari buku beliau yang (kalau tidak salah) berjudul “Harus Bisa, Seni Memimpin Ala SBY” beberapa tahun ke belakang. Buku ini pun tidak sengaja saya dapatkan dari ayah saya, entah beliau memang membelinya atau memang mendapatkannya secara cuma-Cuma. Saat itu justru karena ukuran bukunya yang kecil, yang membuat saya tertarik pertama kali untuk membacanya, karena mudah dibawa ke mana saja. Ternyata setelah saya membacanya, terdapat banyak hal yang membuat saya lebih tertarik untuk membacanya.

Penilaian saya tentang Dino Patti Djalal justru berawal dari gaya bahasa dan konten dari buku tersebut. Alur penyajian bukunya begitu sederhana namun padat informasi, tidak seperti buku sejenis kebanyakan yang untuk membacanya saja saya malas karena penuh dengan istilah menjelimet dan istilah-istilah politik yang tidak saya mengerti.  Berawal dari buku tersebut, saya tertarik akan sosok beliau sehingga saya pun mencari informasi tentang beliau lebih detail. Ketertarikan terhadap sosok beliau membuat saya membuka mata dan telinga lebar-lebar setiap ada berita mengenai beliau.

Yang saya salut pertama kali dari sosok Dino Pati Djalal adalah kepiawaiannya sebagai konseptor pidato untuk presiden. Bagi saya ini bukanlah hal yang mudah, karena lumrahnya dari konteks pidato inilah performa seorang presiden biasanya dinilai. Untuk mengkonsep pidato seorang tokoh besar diperlukan wawasan yang luas dan ide-ide yang aktual tentang suatu hal dengan kecakapan beretorika sehingga bisa dituangkan menjadi gaya tulisan untuk pidato.

Berikutnya, keberhasilan seorang SBY untuk menjabat dua periode tidak bisa dilepaskan dari peran beliau. Sebagai staf yang senantiasa mendampingi presiden SBY dari dekat secara terus menerus tentu saja seorang Dino harus memberikan pendapat dan masukan tentang sesuatu hal. Dan menurut saya, apa yang dilakukan SBY tidak terlepas dari ‘arahan’ seorang orang terdekatnya, termasuk Dino. Makanya saya sedikit heran juga ketika SBY hanya mengganjar Dino sebagai duta besar saja, tidak seperti Andi Malarangeng yang didapuk menjadi menteri.

Menurut saya, Dino Patti Djalal adalah sosok birokrat yang cerdas, santun dan bersih. wawasannya dalam dunia politik tidak perlu diragukan lagi, hal ini karena latar belakang pendidikan formal beliau yang memang berkonsentrasi di ilmu politik, serta tentu saja pengalaman kerjanya selama di Departemen Luar Negeri dan ketika menjadi staf Presiden.  Pengalaman dan pengetahuannya yang luas inilah yang membuat Dino berprestasi sehingga bisa menjadi orang terdekat presiden. Berbagai prestasi pun telah banyak diraih oleh beliau. Terakhir yang saya tahu beliau mendapat anugerah sebagai Indonesia Marketing Champion tahun 2012 dari kalangan pejabat publik.

Berbagai gagasannya pun menunjukkan betapa beliau sosok birokrat yang kreatif. Kongres Diaspora Indonesia mungkin salah satu gagasan beliau yang menjadi bukti kecerdasannya. Beliau bisa menggagas persatuan diantara diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai belahan dunia untuk menjalin persatuan, sehingga timbul kedekataan diantara mereka yang sebelumnya tidak terkoneksi satu dengan yang lainnya. Begitu pula gagasan beliau selama menjabat sebagai duta besar, telah banyak usahanya untuk memperkenalkan Indonesia di Amerika Serikat bahkan dunia. Saya sempat mendengar kabar bahwa beliau telah berhasil memasukkan pencak silat ke dalam kurikulum pembelajaran di sekolah di Amerika, bukan sekedar ekstrakurikuler, tetapi menjadi mata pelajaran yang diberi angka kredit. Jangan lupa pula bagaimana beliau memperkenalkan batik di Amerika, menjadikan Angklung masuk ke dalam World Guiness Book of Records, serta program Dangdut goes to America. Kreatif!

Ketika saya membaca Dino Patti Djalal ikut mencalonkan diri sebagai presiden melalui jalur konvensi partai Demokrat, saya cukup kaget. Kagum lebih tepatnya. Beliau berani mengambil keputusan untuk menawarkan dirinya sebagai calon presiden. Kekaguman saya lebih melihat bahwa beliau berani bertarung dengan calon lain yang menurut survey jauh lebih popular dibanding beliau. Well, saya setuju dengan pilihan pak Dino, survey dan popularitas bukan cerminan mutlak akan menang dalam pemilihan nanti, saya pikir masyarakat Indonesia sudah cerdas untuk bisa memilih calon berdasarkan kapabilitas dan kecerdasannya, bukan didasarkan pada popularitas belaka. Pada celah inilah mungkin yang dilihat oleh beliau sehingga memberanikan diri untuk maju dalam konvensi partai Demokrat.

Konsep Nasionalisme Unggul 4521 sebagai program unggulan yang diusung oleh Dino Patti Djalal pun cukup menarik. Keyakinan bahwa hidup di abad 21 bukan hanya cukup survive saja, tetapi harus bisa unggul di segala bidang. Mungkin itulah rangkuman konsep yang beliau tawarkan. Dalam hal ini, saya setuju dengan beliau. Bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi unggul, bahwa generasi Muda Indonesia banyak yang memiliki prestasi besar dan banyak pelajar Indonesia yang meraih medali dalam ajang olimpade sains, merupakan gambaran mengenai potensi bangsa untuk menjadi unggul. Ketika beliau menawarkan rumusan untuk menjadi unggul, dari sini saya yakin bahwa beliau memiliki konsep yang bagus untuk menjadi pemimpin bangsa.

Terakhir, saya menaruh harapan besar terhadap beliau. Jika pun nanti misinya untuk menjadi presiden tidak berhasil, saya yakin kiprahnya bagi Indonesia tidak akan berhenti begitu saja. Gagasan-gagasan beliau yang banyak out of box akan sangat relevan bagi upaya memajukan bangsa.

Image

sumber foto : twitter Dino Patti Djalal